Kamis, 01 Maret 2012

Ultrasonography (usg)


Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik ( pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat alat dalam tubuh manusia, diman kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Tak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan penting untuk meentukan kelainan berbagai organ tubuh
.
 Sejarah USG 
            Pertama kali ultrasonik ini digunakan dalam bidang teknik untuk radar, yaitu teknik SONAR ( Sound, Navigation and Ranging) oleh Langevin (1918), seorang Perancis, pada waktu perang dunia ke I, untuk mengetahui adanya kapal selam musuh. Kemudian digunakan dalam pelayaran untukmenentukan kedalaman laut. Menjelang perang dunia ke II (1937), teknik ini digunakan pertama kali untuk pemeriksaan jaringan tubuh, tetapi hasilnya belum memuaskan.
Berkat kemampuan dan kemajuan teknologi yang pesat, setelah perang dunia keII, USG berhasil digunakan untuk pemeriksaan alat-alat tubuh.
Hoery dan Bliss pada tahun 1952, telah melakukan pemeriksaan USG pada beberapa organ, misalnya pada hepar dan ginjal. Sekarang Usg merupakan alat praktis dengan pemeriksaan klinis yang luas.


 Prinsip USG
            Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekwensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz).. Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini menggunakan frekwensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz).
Gelombang suara frekwensi tingi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek Piezo-electric, yang merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan gelombang suara frekwensi tingi.
 Sumber Cahaya
Teknologi radiasi yang diyakini paling kecil bahayanya atau bahkan tidak ada sama sekali adalah MRI. Pasalnya, diagnostic imaging berteknologi tinggi ini menggunakan medan magnet, frekuensi radio, dan seperangkat komputer untuk menghasilkan gambar berupa potongan-potongan penampang tubuh manusia. Gambar ini diperoleh dari hasil interaksi antara molekul sel tubuh dan sinyal yang dipancarkan oleh frekuensi radio. Data yang didapat kemudian diolah komputer gambar yang kemudian dicetak dalam bentuk foto.
Citra yang dihasilkan dari USG adalah  memanfaatkan hasil  pantulan (echo) dari gelombang ultrasonik  apabila ditrasmisikan pada tissue atau  organ tertentu. Echo dari  gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan  transduser, yang  mengubah gelombang akusitik ke sinyal elektronik untuk dioleh   dan direkonstruksi menjadi suatu citra. Perkembangan tranduser  ultrasonik dengan  kemampuan resolusi yang baik, diikuti dengan  makin majunya teknologi komputer  digital serta perangkat lunak  pendukungnya, membuat pengolahan citra secara  digital  dimungkinkan dalam USG, bahkan untuk membuat rekonstruksi  bentuk janin  bayi dalam 3 dimensi dan 4 dimensi sudah mulai dikenal.
 Peralatan Yang Digunakan
1. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
2.Monitor yang digunakan dalam USG
3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC CARA USG MERUBAH GELOMBANG MENJADI GAMBAR
Proses Pengambilan Gambar
 Prinsip kerjanya menggunakan Gelombang Ultrasonik yang dibangkitkan oleh kristal yang diberikan gelombang listrik.Gelombang ultrasonik adalah gelombang suara yang melampaui batas pendengaran manusia yaitu diatas 20 kHz atau 20.000 Hz atau 20.000 getaran perdetik.Kristal nya bisa terbuat dari berbagai macam, salah satunya adalah Quartz. Sifat kristal semacam ini, akan memberikan getaran jika diberikan gelombang listrik.Alat ultrasonik sendiri ada berbagai tipe. Ada Tipe Scan A, B dan C.Yang biasa untuk mendeteksi crack pada baja adalah tipe A.Prinsip kerjanya mudah sekali. Tinggal menggunakan sensor ultrasonik untuk mengirimkan gelombang ultrasonik dan menangkapnya kembali.
Tipe B yaitu pada layar monitor (screen) echo nampak sebagai suatu titik dan garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas echo yang dipantulkan dengan sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua dimensi berupa penampang irisan tubuh.Yang tipe C dapat menampilkan Citra 3 Dimensi dengan cara menangkap pantulan-pantulan yang berbeda dari tebal tipisnya benda dalam suatu cairan. Karena ada berbagai macam gelombang ultrasonik yang dipantulkan dalam waktu yang berbeda, gelombang-gelombang ini lalu diterjemahkan oleh prosesor untuk dirubah menjadi gambar.
Sensor yang digunakan pada alat Ultrasonografi yakni sensor pizoelektrik, yang diletakkan pada komponen receiver yang menerima pantulan (refleksi) pola energi akustik yang dinyatakan dalam frekuensi. Sensor ini akan mengubah pergeseran frekuensi gelombang suara 1 – 3 MHz yang dipancarkan melalui transmitter pada jaringan tubuh dan kemudian gelombang tersebut dipantulkan (direfleksikan) oleh jaringan dan akan diterima oleh receiver dan selanjutnya diteruskan ke prosessor.
Sensor pizoelektrik terdiri dari bagian seperti housing, clip-type spring, crystal, dan seismic mass. Prinsipnya yakni ketika frekuensi energi akustikyang dipantulkan diterapkan, maka clip-type spring yang terhubung dengan seismic mass akan menekan crystal, karena energi akustik tersebut disertai oleh gaya luar sehingga crystal akan mengalami ekspansi dan kontraksi pada frekuensi tersebut. Ekspansi dan kontraksi tersebut mengakibatkan lapisan tipis antara crystal dengan housing akan bergetar. Getaran dari crystal tersebut akan menghasilkan sinyal berupa tegangan yang nantinya akan diteruskan keprosesor.Jadi USG menampilkan citra dari suara yang ditangkap.Jadi mungkin untuk saat ini hasil dari USG belum termasuk dalam karya fotografi. Berbeda dengan Scanner dan kamera lubang jarum yang masih “melukis dengan cahaya”.
Cara Kerja alat Ultrasonografi
            Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transducer, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan jaringan yang dulaluinya.
Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar oscilloscope. Dengan demikian bila transducer digerakkan seolah0olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang dinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat pada layar monitor.
Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedance accoustic tertentu. Dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, jaringan tersebut dikatakan echogenic. Sedang jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak ada echo, disebut anecho atau echofree . Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya : kista, asites, pembuluh darah besar, pericardial dan pleural efusion.
 Display Mode’s
Echo dalam jaringan dapat diperlihatkan dalam bentuk :
1. A- mode L  : Dalam sistem ini, gambar yang berupa defleksi vertikal pada osiloskop. Besar amplitudo setiap defleksi sesuai dengan energy eko yang diterima transducer.
2. B- mode      : Pada layar monitor (screen) eko nampak sebagai suatu titik dan garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas eko yang dipantulkan dengan sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua dimensi berupa penampang irisan tubuh, cara ini disebut B Scan.
3. M- mode     : Alat ini biasanya digunakan untuk memeriksa jantung. Tranducer tidak digerakkan. Disini jarak antara transducer dengan organ yang memantulkan eko selalu berubah, misalnya jantung dan katubnya.
 Penyulit
Suatu penyulit yang umum pada pemeriksaan USG disebabkan karena USG tidak mampu menembus bagian tertentu badan. Tujuh puluh persen gelombang suara yang mengenai tulang akan dipantulkan, sedang pada perbatasan rongga-rongga yang mengandung gas 99% dipantulkan. Dengan demikian pemeriksaan USG paru dan tulang pelvis belum dapat dilakukan. Dan diperkirakan 25% pemeriksaan di abdomen diperoleh hasil yang kurang memuaskan karena gas dalam usus. Penderita gemuk agak sulit, karena lemak yang banyak akan memantulkan gelombang suara yang sangat kuat.

Persiapan pasien
Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Walaupun demikian pada penderita obstivasi, sebaiknya semalam sebelumnya diberikan laksansia. Untuk pemeriksaan alat-alat rongga di perut bagian atas, sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa dan pagi hari dilarang makan dan minum yang dapat menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa. Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang maksimal. Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus penuh.

Pemakaian Klinis
USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai kelainan organ tubuh.
USG digunakan antara lain :
1.      Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis.
2.      membedakan kista dengan massa yang solid.
3.      mempelajari pergerakan organ ( jantung, aorta, vena kafa), maupun pergerakan janin dan jantungnya.
4.      Pengukuran dan penetuan volum. Pengukuran aneurisma arterial, fetalsefalometri, menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk bioksi. Menentukan volum massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal, kandung empedu, ovarium, uterus, dan lain-lain).
5.      Bioksi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada layar USG.
6.      Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor dan posisinya, dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu setelah radioterapi, besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.

JENIS PEMERIKSAAN USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.
 Pengolahan dan Analisis Gambar
Foto-foto tersebut menunjukkan, bayi yang belum lahir pun ternyata mampu mengejapkan matanya, menguap, mengernyitkan dahi dan menangis. Sampai saat ini, dokter dan orangtua percaya, janin dalam rahim ibu, tak dapat tersenyum sampai beberapa minggu setelah lahir. Tetapi ahli kandungan terkenal asal Inggris, Prof Stuart Campbell yang mempelopori teknik rekaman gambar ini, mengatakan, pendapat tersebut tidaklah benar sepenuhnya. Para ahli berpendapat, bayi tidak tersenyum sampai usia 6 minggu setelah lahir. Padahal, sebelum lahir pun bayi-bayi itu sering sekali tersenyum. Gambar-gambar ini, dibuat menggunakan ultrasound 4D, yang mencatat gema/gaung yang berasal dari rahim ibu, dan mencatatnya secara digital. Pengamatan yang dilakukan selama berjam-jam, akan menghasilkan gambar yang membuat orangtua seperti menonton video kehidupan bayinya.
Foto-foto tadi, juga akan membantu dokter mendapatkan peringatan dini bila bayi-bayi dalam kandungan itu abnormal, seperti: langit-langit mulutnya terbelah, sindrom down dan kelainan lain yang berkaitan dengan tungkai, lengan, serta anggota tubuh lainnya. Prof Campbell, mengatakan, Dengan munculnya gambar-gambar tadi, sejumlah pertanyaan mengenai janin dalam kandungan, bisa diselidiki. Misalnya, apakah janin dengan problem genetik memiliki pola gerak yang sama seperti janin normal? Apakah janin-janin itu tersenyum karena dia merasa bahagia? Atau menangis karena ada suasana atau kejadian yang menganggunya..? Mengapa janin mengedip-ngedipkan matanya? Padahal selama ini, kita berasumsi rahim ibu itu gelap gulita. Foto-foto janin ini, bahkan bisa diambil ketika usia kandungan si ibu baru 12-20 minggu. Biaya pengambilan gambar janin ini, kira-kira, 275 poundsterling (kurang lebih 4 juta rupiah).
Yvone Ntimoah (29) yang mengambil gambar bayi perempuannya “baru berusia 31 minggu“ mengatakan, Ini sangat fantastik. Tangannya tadinya menutupi wajahnya, tetapi tiba-tiba tangannya terbuka, dan kami bisa melihat dia tersenyum. Kate Blackwell (29), yang hamil 27 minggu, menambahkan, Suamiku, Paul, dan aku dapat menyaksikan setiap gerak-gerik bayi kami. Meski begitu, ahli kandungan lain, Maggie Blott, memiliki pendapat berbeda. Ia masih tidak percaya bayi dapat tersenyum dalam rahim ibunya. Memang, bayi-bayi itu seperti tersenyum.”

Electromedical Engineering
Saat ini sudah menjadi suatu prosedur standar untuk memanfaatkan  teknologi  ultrasonography (USG), sebagai salah satu cara untuk  memonitor perkembangan  janin dalam kandungan ibu.  Ultrasonography adalah salah satu dari produk  teknologi medical  imaging yang dikenal sampai saat ini. Apa itu medical imaging?   Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk  mencitrakan  bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue)  pada tubuh, tanpa membuat  sayatan atau luka (non-invasive).  Interaksi antara fenomena fisik tissue dan diikuti  dengan teknik  pendetektian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan   direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar  bekerjanya peralatan MI.
Teknologi MI dimulai dari penemuan sinar-X oleh Rontgen pada  awal 1900-an,  dimana produk pertama citra dari X-ray adalah  tangan istri Rontgen. Dasar yang  digunakan untuk membuat citra  dengan sinar-X adalah adanya atenuansi intensitas  sinar-X saat  melawati tissue, organ atau tulang, yang kemudian atenuansi  intensitas  tersebut dideteksi oleh suatu negative film. Teknik ini  populer dengan sebutan foto  Rontgen.
Kemudian dengan kemajuan sistem elektronik dan komputer  digital, teknik yang  digunakan pada foto Rontgen mulai  dikembangkan, sehingga memungkinkan  pengantian media film  dalam citra digital. Lebih dari itu volume (3-dimensi) imaging  juga  dimungkinkan dengan modifikasi prinsip dari foto Rontgen,  sehingga menjelma  menjadi Computed Tomography scanner (CT- scan). Dengan CT-Scan, citra dari  setiap potongan penampang  (slices) tengkorak dari bagian atas sampai leher dapat  dihasilkan  dalam beberapa menit, kemudian dari "tumpukan" citra tiap slices  dapat  dilakukan rekonstruksi kembali bentuk tulang tengkorak  dalam 3 dimensi, sehingga  memudahkan visualisasi dan tentunya  diagnosis lebih lanjut apabila diperlukan.
Kemudian diilhami dari prinsip sonar yang digunakan untuk  mendeteksi kehadiran  kapal selam pada perang kedua, gelombang  akustik dengan frequency diatas  kemampuan manusia dapat  mendengar, yang dikenal dengan ultrasonik, pada tahun  1960  mulai dikembangkan untuk keperluan MI, yang sekarang dikenal   ultrasonography (USG). Citra yang dihasilkan dari USG adalah  memanfaatkan hasil  pantulan (echo) dari gelombang ultrasonik  apabila ditrasmisikan pada tissue atau  organ tertentu. Echo dari  gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan  transduser, yang  mengubah gelombang akusitik ke sinyal elektronik untuk dioleh   dan direkonstruksi menjadi suatu citra. Perkembangan tranduser  ultrasonik dengan  kemampuan resolusi yang baik, diikuti dengan  makin majunya teknologi komputer  digital serta perangkat lunak  pendukungnya, membuat pengolahan citra secara  digital  dimungkinkan dalam USG, bahkan untuk membuat rekonstruksi  bentuk janin  bayi dalam 3 dimensi sudah mulai dikenal.
Kemudian dimulai dari pemahaman akan adanya satu interaksi inti  atom dengan  medan magnet di sekitar tahun 1940-an, kemudian  berkembang pemanfaatannya  untuk keperluan MI, karena pada  dasarnya tubuh manusia , 75% adalah molekul  air, dimana atom  hidrogen adalah salah satu komponen penyusun molekul air.   Karena tiap atom hidrogen secara alami berputar (spinning),  sehingga menghasilkan  momen magnet yang dapat dibayangkan  seperti batang magnet yang kecil. Tetapi  karena orientasi yang  acak, sehingga total dari momen magnet tersebut tidak   menghasilkan informasi yang dapat dimanfaatkan. Dalam medan  magnet yang  relative kuat, kira- kira lebih dari 20 ribu kali dari  kuat medan magnet bumi, momen  magnet tiap atom hidrogen  dapat dibuat sejajar dengan arah medan magnet yang  digunakan.  Untuk membuat suatu citra jaringan sel yang diinginkan, pulsa  dalam  radio frequency (RF) ditrasmisikan dari antena khusus,  untuk memaksa orientasi  momen magnet yang telah sejajar  berubah dari posisi awal. Kemudian setelah  pengaruh pulsa (RF)  hilang, orientasi momen magnet dari atom hidrogen  berbondong-  bondong kembali ke posisi awal (sejajar dengan medan magnet),   sambil meng-emisi-kan sinyal radio yang lemah pada frequency  tertentu. Kemudian  dengan coil, sinyal radio itu dideteksi dan  dianalisa serta diolah dengan komputer  digital untuk menghasilkan  suatu citra. Teknik ini adalah prinsip yang digunakan  pada  Magnetic Resonance Imaging (MRI). Sekitar tahun 1980-an  prototipe  pertama MRI yang dicoba untuk manusia mulai  dilaporkan.
Dalam 100 tahun lebih perkembangan teknologi MI, boleh  dikatakan setiap produk  teknologi terbaru selalu berusaha di  adaptasi dalam perangkat MI, dengan tujuan  membantu proses  diaganosis yang makin akurat dan juga mengurangi efek samping   bagi pasien serta ketidaknyamanan pasien selama proses imaging  dilakukan.  Dengan hadirnya sistem digital, baik dari penyimpanan  citra maupun pengolahannya  serta jaringan komputer  berkecepatan tinggi, proses diagnosis berdasarkan  gabungan citra  yang dihasilkan dari berbagai perangkat MI (multi modality  imaging),  menjadi satu teknik baru untuk meningkatkan keakuratan  diagnosis.
Di akhir abad 20, perangkat MI mulai digunakan untuk menuntun  proses therapi  dan juga pada pembedahan dengan meminimalkan  luka (minimum invasive surgery).  Contoh kasus dalam therapi  tumor pada liver, dengan CT-scan atau MRI, lokasi  dari sel tumor  dalam diidentifikasi dengan akurasi yang tinggi. Dengan satu teknik   pengolahan citra, visualisasi dari tumor liver secara 3-dimensi  dimungkingkan,  sehingga membantu ahli medis untuk  merencanakan therapi dengan lebih baik.
Salah satu teknik yang kini dikembangkan untuk mematikan  pertumbuhan sel tumor  adalah memanaskan sel tumor tersebut  diatas 43 derajat celcius dalam beberapa  menit. Sinar laser adalah  salah satu sumber panas yang dapat digunakan, dimana  serat optik  digunakan untuk mengalirkan energi langsung ke sel tumor. Untuk   meletakkan serat optik dengan perangkat pendukungnya tepat  pada sel tumor  dengan meminimalkan luka pada organ yang sehat,  saat ini citra dari perangkat MI  memungkinkan digunakan. Untuk  menjamin hanya sel tumor yang dimatikan dengan  meminimalkan  efek samping pada sel yang sehat, distribusi temperatur secara 3   dimensi perlu untuk dilakukan. Untuk keperluan tersebut, MRI juga  dimungkinkan  digunakan dengan beberapa modifikasi pada  pemrosesan citra. Untuk evaluasi hasil  therapi, sekali lagi citra dari  MRI dapat digunakan untuk memprediksi volume dari  sel tumor  yang berhasil dimatikan.
Sebagai penutup, perkembangan perangkat MI dan pemanfaatan  untuk mendukung  proses diagnosis, penuntun therapi dan minimaly  invasive surgery akan terus  berlanjut. Dari pengalaman penulis  sebagai peneliti dalam riset medical engineering  di TU-Delft  Belanda, dengan perangkat MI yang tersedia dimungkinkan   pengembangan prosedur terapi atau metode diagnosis sehingga  yang lebih baik  dapat ditemukan.
Di sini ide dan problem yang dihadapi oleh ahli medik harus dapat  ditangkap dan  diformulasikan menjadi problem engineering oleh  insinyur untuk dicari solusinya.  Untuk keperluan tersebut,  diperlukan satu bidang keahlihan khusus yang  menjebatani  problem klinik dan problem engineering yang terkait. Satu  tantangan  tersendiri bagi pendidikan tinggi di Indonesia untuk  menyiapkan pakar yang mampu  menjawab masalah alih teknologi  di bidang MI khususnya dan medical engineering  pada umumnya,  dengan tujuan akhir meningkatkan pelayanan kesehatan   masyarakat dengan memaksimalkan manfaat dan meminimalkan  investasi yang  diperlukan.



Referensi

  Suprijanto, Penguasaan Teknologi “Medical Imaging”. IATF-ITB.2008
  Afriana Carlina – UNIKOM” http://afrianacarlina.blogspot.com/2008/04/usg-ultrasonography.html.APRIL 2008
  Sarwono Prawirohardjo. 2002.” Perdarahan Antepartum, Ultrasonografi dalam obstetri, Ilmu kebidanan”. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, FK-UI.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar