Rabu, 25 April 2012

Fisika Kuantum Menyembuhkan Penyakit

Yunanto Wiji Utomo | A. Wisnubrata | Selasa, 27 Maret 2012 | 05:25 WIB
 
JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun lalu, dunia dihebohkan dengan praktek penyembuhan penyakit dengan asap rokok yang dilakukan oleh Gretha Zahar, pakar nuklir dari Lembaga Peluruhan Radikal Bebas di Malang.

Gretha menciptakan "Divine Cigarette" atau mungkin bisa disebut "Rokok Surga". Berbeda dengan rokok biasa yang menyebabkan penyakit, rokok ini justru akan menyembuhkannya.

Rahasia Rokok Surga adalah pada asam amino yang diteteskan atau diolah bersama tembakau. Zat ini akan melepaskan 1 elektron merkuri. Ketika satu elektron lepas, merkuri akan berperilaku seperti emas.

Dikatakan bahwa merkuri dan emas hanya memiliki satu perbedan jumlah elektron. Merkuri memiliki energi cukup besar sehingga mampu menyamar menjadi unsur lain.

Asam amino yang dimiliki Rokok Surga membebaskan radikal bebas. Rokok selanjutnya berperan sebagai media menyembuhkan penyakit degeneratif, seperti jantung, stroke dan kanker.


Penyembuhan Kuantum

Profesor Sutiman Bambang Soemitro, guru besar dari Universitas Brawijaya mengatakan bahwa penyembuhan a la Gretha Zahar memang sulit dipahami tetapi sebenarnya ilmiah.

Menurut Sutiman, penyembuhan yang dilakukan Gretha bisa dipahami jika memandang tubuh sebagai susunan partikel-partikel dimana energi mengalir terus-menerus tanpa henti.

Energi dalam tubuh manusia mengalir dalam bentuk paket atau kuanta, sesuai pendapat Max Planck pada tahun 1900. Aliran energi mengikuti hukum-hukum dalam fisika kuantum.

Dalam kacamata fisika kuantum, tubuh sehat dipandang sebagai raga dengan aliran energi yang lancar. Aliran energi memastikan tubuh mampu melakukan self production dan self regeneration.

"Kalau tubuh sakit, aliran energinya mengalami turbulensi, alirannya berputar-putar di bagian sakit," ungkap Sutiman saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu yang lalu.

Turbulensi energi bisa terjadi akibat banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah faktor makanan, radikal bebas serta senyawa yang bersifat toksik.

"Kalau kita bisa gangguan aliran energi pada bagian tubuh sakit maka kita bisa mengembalikan tubuh pada keseimbangan. Tubuh akan sehat lagi," jelas Sutiman.

Untuk mengembalikan aliran energi, dibutuhkan sebuah perantara. Sifat perantara harus fleksibel, mampu menerima maupun mendonasikan elektron. Asap memenuhi kriteria tersebut.

"Asap ini seperti hemoglobin. Bisa membawa energi tanpa berubah menjadi radikal. Bisa menjadi donor maupun penerima," terang Sutiman yang sebenarnya berlatar belakang mikrobiologi.

Sifat asap menerangkan cara kerja Rokok Surga. Setelah dibebaskan dari radikal bebas, asap rokok membawa energi menuju bagian sakit, menyembuhkan dengan melancarkan aliran energi.

Asam amino yang ditambahkan pada Rokok Surga, menurut Sutiman, berperan sebagai penyaring. Partikel asap yang masuk ke tubuh harus berukuran nano sehingga bisa bekerja menurut hukum mekanika kuantum.

Bagaimana asap menuju bagian yang sakit? "Dalam kuantum, ini bisa melewati apa saja. Tidak terbatas pada ruang dan waktu. Jadi, tidak harus lewat pembuluh darah, misalnya," jelas Sutiman.

Dalam upaya penyembuhan, terapi dengan asap bisa dipadukan dengan mengkonsumsi makanan yang membantu menetralisir racun. Contohnya adalah putih telur dan kopi.

Sebenarnya, ada banyak media yang bisa digunakan dalam penyembuhan kuantum. Contohnya adalah lewat air yang diminum ataupun dengan meditasi.

"Tapi, asap memiliki kelebihan. Kalau air fluiditasnya kurang karena dia bukan gas. Asap bisa bergerak dengan lebih mudah," papar Sutiman.

Saat ini, Sutiman dan mahasiswanya di Universitas Brawijaya terus mempelajari potensi asap sebagai media penyembuhan. Beberapa penelitian dilakukan, diantaranya tentang perilaku asap.

Pengobatan Masa Depan

Menurut Sutiman, penyembuhan kuantum akan berkembang mendukung praktek pengobatan di masa depan. Penyembuhan kuantum menghidupkan pengobatan tradisional dan mengatasi masalah akses kesehatan.

Salah satu contohnya adalah peluang jamu untuk lebih mendukung pengobatan. Menurut Sutiman, jamu memiliki kelebihan dibandingkan obat kimia.

"Kalau obat kimia hanya satu senyawa diisolasi dan diproduksi. Ini menjadi rentan dosis. Senyawa obat sebenarnya disediakan satu paket seperti pada jamu," jelasnya.

Penyembuhan kuantum juga menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih murah.

"Tidak seperti rumah sakit yang membutuhkan biasa jutaan untuk bisa sehat," cetus Sutiman.

SUMBER : http://sains.kompas.com/read/2012/03/27/05254733/Fisika.Kuantum.Penyembuhan.Penyakit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar